Jumat, 29 Juni 2012

SAYA BANGGA MENJADI ORANG DESA (PART II)



*Menonton televisi*

Kami orang Desa waktu itu tidak kenal yang namanya game watch alias gimbot, kami juga tidak pernah nonton Voltus, Gaban, Sariban, atau apalah namanya. Kami punya mainan yang kami bikin sendiri yang kami yakin lebih seru. Saat kami SD kami sudah akrab dengan yang namanya parang, gergaji, pahat dll. Yah, orang Desa dengan segala keterbatasannya memang dituntut untuk lebih kreatif.

Untuk tontonan hanya ada TVRI, waktu itu memang belum ada siaran televisi swasta. Itu pun juga hanya di rumah2 tertentu yang punya televisi, dan waktu itu belum ada orang desa yang punya televisi berwarna.
Untuk tempat menonton siaran televisi paling favorit adalah di rumah saya, yaitu rumah gadang (rumah adat) warisan turun temurun. Mungkin karena kami lebih wellcome terhadap para penonton. Kalau nonton di rumah tetangga belakang pada risih, soalnya tuan rumah sering bolak balik nyapu lantai, seolah-olah kita ngotorin rumah dia aja.

Waktu itu listrik belum masuk ke desa kami, jadi nonton tipinya pake aki (accu). Satu kali dalam seminggu aki nya harus di cas di desa sebelah yang udah lama masuk listrik. Nge cas aki tsb bisa sampai dua hari. Jadi selama dua hari tsb, nonton tipi mau tak mau harus di rumah tetangga belakang. Untuk nge cas aki tsb, kami harus membawanya dengan gerobak, waktu itu gerobak kayu, sejauh kurang lebih 3 km, naik turun bukit. Kalau naik bukit, gerobaknya dibantu tarik pake tali di depan. Perjuangan yang melelahkan hanya tuntuk nonton tipi.

0 komentar:

Posting Komentar