Kamis, 19 Februari 2009

KEPOMPONG DAN KUPU-KUPU

Dua kali saya menerima email yang sama, yaitu tentang seseorang dan kepompong. Dulu waktu saya kuliah dan terakhir sekitar sebulan yang lalu.
Saya tertarik untuk membahasnya karena disamping saat ini lagu kepompong nya sindentosca lagi hits, juga pesan moral nya terasa mengena, baik ketika waktu saya kuliah maupun sekarang ini.
Isi email tersebut adalah seperti di bawah ini :

Seseorang menemukan kepompong seekor kupu. Suatu hari lubang kecil muncul. Dia duduk mengamati dalam beberapa jam calon kupu-kupu itu ketika dia berjuang dengan memaksa dirinya melewati lubang kecil itu.
Kemudian kupu-kupu itu berhenti membuat kemajuan. Kelihatannya dia telah berusaha semampunya dan dia tidak bisa lebih jauh lagi. Akhirnya orang tersebut memutuskan untuk membantunya. Dia mengambil sebuah gunting dan memotong sisa kekangan dari kepompong itu.
Kupu-kupu tersebut keluar dengan mudahnya. Namun, dia mempunyai tubuh gembung dan kecil, sayap-sayap mengkerut. Orang tersebut terus mengamatinya karena dia berharap bahwa, pada suatu saat, sayap- sayap itu akan mekar dan melebar sehingga mampu menopang tubuhnya, yang mungkin akan berkembang seiring dengan berjalannya waktu.
Semuanya tak pernah terjadi.
Kenyataannya, kupu-kupu itu menghabiskan sisa hidupnya merangkak di sekitarnya dengan tubuh gembung dan sayap-sayap mengkerut.
Dia tidak pernah bisa terbang.
Yang tidak dimengerti dari kebaikan dan ketergesaan orang tersebut adalah bahwa kepompong yang menghambat dan perjuangan yang dibutuhkan kupu-kupu untuk melewati lubang kecil adalah jalan Tuhan untuk memaksa cairan dari tubuh kupu-kupu itu ke dalam sayap-sayapnya sedemikian sehingga dia akan siap terbang begitu dia memperoleh kebebasan dari kepompong tersebut.
Sesudah pesan itu tertulis morald hazard yang panjang lebar menerangkan sesuatu tentang proses atau perjuangan.
Tiba-tiba saya jadi merasa pernah menjadi kepompong di dalam cerita itu. Ketika proses kepompong saya rasakan terlalu lama, keinginan untuk mendobrak, menyobek dan menyeruak keluar dari kepompong begitu besar. Tapi apa daya saya gak bisa melakukannya dari dalam, yang bisa tentuanya orang dari luar kepompong itu sendiri.
Akhirnya saya mengerti, bahwa proses kepompong atau keluar dari kepompong adalah sebuah proses yang diciptakan Tuhan untuk membuat kita lebih matang dan jadi ”orang”.
Sering kita tidak sabar dengan proses, dan ingin cepat keluar dari proses tersebut dengan instan. Siapapun anda, apapun jabatan anda sekarang itu adalah proses untuk menjadi yang lebih baik lagi dari sekarang.
Ketika saya menjadi manager ranting di sebuah pulau, dua tahun pertama saya rasakan terlalu lama. Saya merasa sudah cukup waktunya untuk ”belajar”. Selama ini saya memang merasa saya di tempatkan disana untuk belajar. Namun ketika 2 tahun saya lewati dan ternyata tidak ada tanda2 pindah walaupun isunya sangat kental waktu itu, saya mulai sedikit merasa terlupakan, kecil hati, dan demotivasi.
Tahun ketiga saya lewati dengan lebih berat, karena selain demotivasi, juga ternyata kondisi pekerjaan yang bobotnya makin meningkat dengan adanya pemadaman sepanjang tahun. Ini tidak pernah terjadi. Dua tahun pertama saya lewati dengan ongkang-ongkang kaki, hampir tidak ada kendala yang berarti. Kinerja tercapai begitu saja tanpa kerja yang berarti. Namun tahun ketiga semuanya menjadi berat. Pemadaman, mesin rusak disana sini, demonstrasi, dan belum lagi persoalan pegawai yang makin bermasalah ditambah lagi beban kinerja yang makin berat.
Seluruh suasana hati yang makin galau dan tertekan membuat saya tiba-tiba saya jadi bisa menulis. Saya juga bikin blog. Dementor adalah tulisan pertama saya yang mengambarkan suasana hati saya ketika itu. Dan tulisan itu berlanjut. Saya juga semakin dekat dengan wartawan. Hampir setiap minggu berita tentang saya ada di surat kabar harian lokal. Saya juga semakin dekat dengan aparat di daerah, Danlanal, Kapolres, Wakil Bupati, Camat, RT, RW. Semuanya menjadi seperti sahabat yang mendukung saya. Dan intinya saya merasa menjadi semakin tegar dan berbobot.
Ketika tulisan pengalaman saya yang saya kirimkan karena ada permintaan untuk sharing knowledge berhasil menjadi tulisan terbaik, sebuah titik cahaya seolah ada di depan saya. Saat itu jugalah tulisan tentang seseorang dan kepompong masuk ke email saya.
Tuhan ternyata maha bijaksana, kalau dulu pengharapan saya untuk pindah dalam waktu 2 tahun terkabul, saya tidak akan mendapatkan pengalaman satu tahun yang berharga. Tuhan lebih tahu kapan kita akan keluar dari kepompong untuk menjadi seekor kupu-kupu.
Eits..maaf, tidak semua kepompong yang menjadi kupu-kupu. Saya ingat waktu kecil ketika pelajaran tentang metamorfosis kupu-kupu diajarkan disekolah. Di rumah saya dan saudara-saudara saya mempraktekan seperti yang diajarkan di buku. Di halaman saya banyak tanaman pagar yang banyak ulatnya. Ulat-ulat itu kami tangkap dan masukkan ke dalam stoples lengkap dengan daun-daunnya. Stoples tersebut kami tutup dengan plastik yang terlebih dahulu dilobangi.
Tiap hari kami lihat stoples tersebut. Tak lama kemudian ulat-ulatnya sudah berubah jadi kepompong. Kami semakin tak sabar menunggu kupu-kupu yang cantik yang akan keluar dari kepompong.
Suat pagi salah seorang saudara saya berteriak2 kegirangan. Kepompong kami sudah menjadi kupu-kupu. Semua berkumpul dekat stoples untuk melihat. Tetapi serangga apa itu, tidak semuanya menjadi kupu-kupu. Sebagian malah jadi binatang yang kami waktu itu tidak tau namanya, hitam, kecil punya sayap dan sering saya lihat di bunga halaman depan. Ternyata tidak semua kepompong jadi kupu-kupu.

0 komentar:

Posting Komentar