Malam itu handphone saya tak henti berbunyi, ada yang miss call, banyak juga sms yang masuk. Saya sudah bisa maklumi, ini semua pasti ada hubungannya dengan mati lampu barusan. Saat ini Ranting dabo Singkep sedang mengalami pemadaman bergilir dengan pola 2-1. Maksudnya 2 hari hidup satu hari padam akibat gangguan mesin MTU II 500 kW. Pemadaman dimulai jam 5 sore sampai dengan jam 12 malam paling lama. Namun PLTD malam itu jam 8 malam tiba2 black out. PLTD memberi kabar bahwa mesin MTU 1 ternyata juga mengalami gangguan, yaitu terbakarnya exiter generator. Dug..jantung saya langsung berdegup kencang. Brarti malam ini juga yang gak kena giliran padam harus dipadamkan.
Petugas gangguan saya lihat panik. Buang 500 kw lagi, PLTD masih berteriak di radio. Dipikirnya mudah mungkin membuang beban 500 kw. Tidak hanya harus berpikir dan bertindak cepat menentukan daerah mana yang harus dibuang, tapi juga memikirkan menghadapi kemarahan pelanggan yang tidak bakal mengerti kenapa mereka harus padam lagi padahal malam sebelumnya sudah padam.
Yah, betul saja, mereka bukan hanya datang ke kantor tapi juga meneror saya lewat hanphone, entah siapa gerangan yang menyebarkan nomor hape saya. “Pak, kalau macam ini terus kami nak demon aje ke rumah pak kepala, kami dah muak”, demikian salah satu isi sms yang saya terima. Terus terang saya sendiri lebih senang terima sms daripada kalau harus melayani telepon.
Besok harinya isu demo tersebut terus berkembang. Di pasar-pasar, di kedai kopi masyarakat membicarakan itu semua. Semua kebrobrokan PLN dimata mereka semua diungkapkan. Dan parahnya hal ini ditangkap oleh orang2 yang tidak bertanggung jawab sebagai peluang. Maklum saja 2009 makin dekat, apalagi kalo bukan pemilu dan pilkada.
Dalam hal inilah peran warga PLN sebagai humas wajib diperlukan. Kita berusaha memberikan pengertian kepada pelanggan mengenai apa yang terjadi dengan PLN, kesulitan-kesulitan kita, beban kita. Semua orang yang merasa sebagai insan PLN wajib memberikan pengertian itu, dimana saja, kapan saja.
Beruntung saya punya banyak anggota yang termasuk berpengaruh di lingkungan mereka masing-masing. Merekalah yang berperan sebagai humas PLN. Peranan media, tokoh masyarakat, kepala pemerintahan, bahkan preman pasar juga tidak bisa diabaikan.
Ketika gelombang kekecewaan dan ketidak sabaran masyarakat semakin memuncak, isu demo pun semakin kuat. Pesan-pesan ajakan demo menyebar lewat sms, lewat pembicaraan kedai kopi, lewat forum-forum pertemuan resmipun juga.
Ketika itulah kita rangkul wartawan, tokoh masyarakat, kepala pemerintahan setempat. Sampaikan pada mereka usaha-usaha kita dan kesulitan-kesulitan kita dalam bekerja. Namun tentunya dengan ungkapan keberpihakan kepada mereka.
Dan pada suatu hari salah seorang anggota menyampaikan pada saya, “Pak, hari senin orang mau demo”. Langsung anggota saya suruh gerilya, cari orang yang kira-kira menjadi motor dalam demo tersebut. Karena jika demo terjadi, siapa yang akan menjamin tidak akan terjadi hal-hal yang sifatnya destruktif.
Besoknya saya kaget ketika anggota menyampaikan bahwa penggerak demo ingin bertemu. Diaturlah pertemuan di rumah saya, dan kebetulan juga pada saat itu rumah saya didatangi wartawan inign wawancara.Saat itu kita membicarakan semua hal yang berkaitan dengan keluhan masyarakat. Dan semua tuntutan yang sedianya mereka bacakan ketika demo, dibacakan dihadapan saya. Yah, kalo semua tuntutan sudah dibacakan, ngapain lagi demo. Semua hal yang mereka samapaikan saya jawab semampu saya, dan yang harus diingat bahwa jawaban kita harus diiringi rasa keberpihakan kepada mereka. Pelanggan tidak salah jika mereka menghujat PLN, mereka kan tidak mengerti. Dan wajar jika mereka marah dan kecewa. Kita orang-orang PLN kan juga pelanggan PLN, yang tidak akan senang jika lampu mati, semua kegiatan terhenti, belum lagi harus kerja ekstra untuk pemulihan gangguan.
Dan pada saat itu kesepakatan dicapai, mereka tidak akan melakukan demo, namun akan melakukan dialog yang diwakili oleh kumpulan ketua-ketua RW.
Apa yang penting dalam menghadapi hal seperti ini adalah, tunjukan kepada mereka bahwa kita sudah berusaha dengan keras, berempatilah kepada pelanggan, yakinkan mereka bahwa kita orang-orang PLN sama sekali tidak menginginkan adanya pemadaman.
Ketika hari H pelaksanaan demo yang sedianya dilakukan, kita sudah bersiap menghadapi kemungkinan2 yang akan terjadi. Aparat dari kepolisian dan koramil sudah bersiaga di halaman kantor. Namun demo yang dinantikan tidak ada, yang ada hanya kumpulan ketua-ketua RW yang datang untuk berdialog dengan PLN.
Saat itu Cabang Tanjung Pinang menelpon menanyakan gimana dengan demo yang dilakukan oleh masyarakat, saya jawab saja demo tidak ada, dan kondisi bisa dikendalikan. Ini saja sudah menjadi nilai plus bagi kita dalam penilaian manajemen Cabang. So, jangan terlalu banyak mengeluh, hadapi saja, dan ucapan ini juga berlaku buat saya. Banyak mengeluh akan melemahkan kita.